GOWA, Mediain.id – Masyarakat Dusun Tama’la’lang, Desa Tamannyeleng, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, kembali menggelar tradisi tahunan A’lammang atau Lammang sebagai bentuk syukur usai panen melimpah. Kegiatan ini digelar setiap bulan Agustus dan tahun ini berlangsung meriah dengan berbagai rangkaian acara.
Lammang merupakan makanan tradisional khas Sulawesi Selatan yang dibuat dari beras ketan dicampur santan kelapa, dimasukkan ke dalam bambu, lalu dibakar hingga matang. Hidangan ini terasa gurih, apalagi jika dinikmati bersama kelapa parut yang diolah dengan gula merah.
Tradisi tersebut juga dihadiri Kapolres Gowa, AKBP Muhammad Aldy Sulaiman, yang datang memenuhi undangan warga. Kedatangannya disambut hangat oleh masyarakat, tokoh pemuda, aparat desa, serta Kapolsek Barombong.
“Alhamdulillah, kami diundang oleh masyarakat dan pemerintah desa untuk hadir di acara adat ini. Tradisi A’lammang ini hanya dilaksanakan setahun sekali, dan kami sempat melihat langsung proses pembuatannya dengan menggunakan kayu bakar,” ujar AKBP Muhammad Aldy Sulaiman, Rabu (20/08/2025).
Kapolres Gowa juga memuji cita rasa lammang yang disantap bersama ayam pallu basah.
“Rasanya luar biasa,” katanya sambil mengangkat dua jempol.
Selain pesta kuliner lammang, perayaan ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seperti pertandingan pencak silat, karaoke, hingga pesta rakyat yang digelar selama empat hari empat malam.
Meski demikian, Kapolres mengingatkan masyarakat agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban selama perayaan.
“Tetap jaga kondusifitas, parkir kendaraan jangan menghalangi jalan, dan hindari memakai perhiasan berlebihan. Mari kita nikmati budaya ini dengan penuh kebersamaan,” tegasnya.
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat, Syahrulla Rasyid, menjelaskan bahwa tradisi A’lammang bukan sekadar pesta kuliner, melainkan wujud syukur dan penghormatan terhadap sejarah leluhur.
“Konon dulu, para pejuang selalu membawa lammang saat bepergian. Tradisi ini adalah simbol kebersamaan dan pengingat sejarah,” ujarnya.
Syahrulla menambahkan, antusiasme warga tahun ini sangat tinggi hingga perayaan diperpanjang menjadi empat hari. Ia berharap tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi identitas budaya Desa Tamannyeleng.
“Semoga lammang bisa lebih dikenal luas, bahkan menjadi ikon desa kami. Keterlibatan generasi muda juga sangat penting agar budaya ini tidak hilang,” pungkasnya.
Comment