Katokkon Disangka Strawberry
Oleh Aslam Katutu
MAKASSAR, Mediain.id – Sebuah adegan kecil membuat saya tersenyum geli saat menghadiri launching Gerakan Urban Farming di Masjid Bin Baz. Ibu Ketua TP PKK Makassar, Melinda Aksa, spontan menyangka buah merah yang bergelantungan itu adalah strawberry. Padahal, itu adalah Cabe Katokkon, salah satu komoditas lokal khas Toraja yang kini mulai dikembangkan di perkotaan.
Sepele memang. Tapi peristiwa ini menyimpan pesan penting: betapa masih minimnya pengetahuan masyarakat kita terhadap kekayaan lokal sendiri. Kita lebih mudah mengenali strawberry yang datang dari luar negeri, ketimbang cabai Katokkon yang tumbuh di tanah sendiri.
Katokkon adalah cabai unik asal Tana Toraja. Tubuhnya gempal, warnanya merah menyala, pedasnya khas—tidak sekadar menyengat, tapi meninggalkan hangat yang bertahan lama.
Orang Toraja menyebutnya “permata pedas pegunungan.” Ia bukan sekadar bumbu dapur, melainkan identitas, simbol keteguhan, sekaligus warisan budaya.
Ironisnya, produk lokal yang kaya potensi ini justru kurang populer dibanding komoditas impor. Padahal, Katokkon punya nilai ekonomi tinggi, cita rasa otentik, dan peluang besar untuk menembus pasar kuliner dunia.
Di Urban Farming Bukit Baruga, Katokkon dikembangkan bukan hanya sebagai tanaman, tetapi juga produk bernilai tambah. Ada sambal Katokkon dalam botol, ada cabai segar dalam kemasan mika. Produk-produk ini bisa dikerjakan oleh ibu rumah tangga, menambah penghasilan, bahkan membuka jalan ekspor. Inilah bukti nyata bahwa pangan lokal bisa menjadi penggerak ekonomi keluarga dan masyarakat.
Lucunya, Katokkon sempat disangka strawberry. Namun, di balik kelucuan itu tersimpan makna: jangan sampai bangsa ini terus terjebak dalam “prasangka impor,” yang selalu memandang luar lebih unggul dari dalam negeri.
Katokkon mengajarkan kita bahwa kemandirian bisa lahir dari hal sederhana. Dari tanah Toraja, ia menyebar ke kota, lalu merambah dunia. Dari kebun kecil di halaman rumah, ia bisa memberi penghasilan. Dari rasa pedasnya, ia mengingatkan bahwa identitas lokal itu tak boleh padam.
Kita mungkin sering terkecoh oleh tampilan luar, tapi sejatinya permata itu ada di halaman sendiri. Katokkon adalah salah satunya: kecil, sederhana, tapi menyimpan daya ledak luar biasa.
Comment